Santapan Khas Santri

     
   Selamat pagi guys semoga kabar kalian baik ya sampai hari ini, sudah sarapan belum ? kalau belum saya sarankan sarapan terlebih dulu biar perut kalian tidak keroncongan waktu membaca tulisan ini hhhh, karena saya akan bercerita tentang kuliner. Dalam hal ini tidak akan pernah lepas dari kehidupan kita karena arti kata kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan serta lauk - pauk  dan tidak terlepas dari kegiatan masak – memasak serta pada dasarnya manusia juga membutuhkan makanan untuk membutuhkan energy selama melakukan aktifitas. Pasti pembaca mempunyai menu favorit kuliner sendiri mulai dari harga yang terjangkau bahkan sampai harus ber-puasa atau bias jadi menabung terlebih dahulu untuk mendapatkan makanan yang mahal di restoran yang mahal pula hhh. Tapi kali ini saya akan membahas mengenai menu santap yang khas dari pondok pesantren di Indonesia.

        Pondok pesantren adalah sebuah pendidikan teradisional yang para siswanya atau biasa di kenal dengan sebutan santri. Tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang dikenal dengan sebutan kyai Serta mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar santri sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana dari bambu. Jadi terlepas dari kesan mewah karena di pesantren menekankan nilai – nilai kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri. Sehingga dalam persoalan makanan keseharian santri di tuntut juga kesederhanaannya seperti antara lain terong bakar, tahu, tempe, nasi liwet, mie instan, ikan asin, sayur bayam, oseng – oseng kangkung, dan bahkan jamur liar yang ada di hutan kecil sekitar pondok jadi santapan para santri. Saya menceritakan kebiasaan santapan sehari – hari dulu santri  putra Mojogeneng di Mojokerto Jawa Timur  yang dikelola pihak pondok pesantren dan biasa di kenal dengan sebutan kos makan. Untuk koki yang memasak makanan para santri dari santri putra lama yang sudah mengabdi di pondok akrab dengan sebutan sandal (santri dalem / santri yang mengabdi di keluarga pondok) dalam satu hari di jatah makan dua kali pagi dan sore. Menu yang disajikan beragam tergantung ke ahlian kokinya mulai dari sambel bajak (terong rebus + tahu + tempe), pecel (saus pecel + kecambah + kangkung + tahu + tempe), oseng – oseng, sayur lodeh, rawon kangkung dan lain – lain. Mengenai rasa menurutku itu nomer ke sekian yang terpenting adalah nasi yang banyak dan sambal plus tahu tempe. Beda lagi kalau di bulan ramadhan pondok tidak mengadakan kos makan. Jadi santri harus membeli makanan sendiri di warung sekitar pondok dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat yang membuka warung makan. Sehingga ada uang lebih untuk merayakan hari raya Idul Fitri. Juga ada santri yang memasak sendiri dengan membentuk kelompok dari beberapa santri lainnya. Dengan bermodalkan panci kecil dan wajan. Karena pondok berada di desa untuk bahan bakarnya memakai kayu bakar pada sore hari santri ngabuburit mencari kayu bakar dan ke.esokan harinya di jemur setelah itu di pakai memasak pada saat berbuka dan sahur. Dengan menu seadanya tahu, tempe, sambel terong, serta sayur hijau. Ini pengalama Saya baru pertamakali merasakan terong bakar ternyata enak banget kalau di bakar sampai saat ini saya suka terong di hidangkan dalam bentuk apapun dan uniknya lagi di pondok saat memasak nasi waktu ramadhan menggunakan panci bagian bawah dalam panci di biarkan nasi mengerak  setelah nasi matang dan disajikan dalam tembor (istilah loyang plastik) terkadang di daun pisang, sisa nasi yang masih mengerak di dalam panci di biarkan dan di beri air kran untuk kemudian di minum. Pada saat selesai makan air dalam panci tersebut di minum rasanya lebih terasa segar. Setelah airnya habis secara otomatis kerak yang ada dalam panci akan mudah di angkat akan tetapi bukan untuk di buang melainkan untuk di jadikan rebutan anak anak santri karena rasanya juga enak lebih seperti rasa rengginag. Dari sini p[ondok mengajarkan kita tawaduk hidup sederhana. Saya teringat kata seorang gus berkata “ meskipun ada anak presiden pun kalau mondok di sini santri ya tetap santri “ makan minum sholat berjamaah ngaji dan semua aturan lainnya di pondok. 

Komentar

  1. nah foto bukti makanannya mana ? hehehe

    supaya lebih enak dibaca, paragrafnya dibuat lebih banyak (bukan tulisannya)
    misalnya kalimat closure itu, Saya teringat ....
    mending di paragraf baru, nggak masalah kalaupun itu cuma satu kalimat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketilang Di Ibukota

berimimajinasi Film